Northern Lights Education Center - Japanese Language Center
Coba Kelasnya Sekarang!
Chat Now!

INILAH 8 PRINSIP KERJA ORANG JEPANG YANG HARUS KAMU KETAHUI





Prinsip Bushido

Bushido yang mengandung arti ‘ksatria’ ini merupakan kode etik golongan samurai pada masa feodal Jepang. Seorang samurai memiliki loyalitas dan totalitas terhadap tuannya. Ia bahkan rela melakukan harakiri (bunuh diri dengan menusuk perut) untuk mengembalikan kehormatan dirinya. Nah, semangat bushido ini ternyata mengakar dalam etos kerja masyarakat Jepang. Mereka memiliki loyalitas dan pengabdian tinggi terhadap perusahaan dan bekerja dengan penuh kehormatan dan totalitas. Hal ini membuat orang Jepang cenderung loyal dan jarang berpindah-pindah perusahaan.

Makoto dan Ganbatte Kudasai

Makoto bisa diartikan sebagai kejujuran dan ketulusan. Dalam melakukan pekerjaannya, orang Jepang memegang teguh prinsip ini, yaitu bekerja keras dengan semangat, kejujuran, dan ketulusan. Sementara, ganbatte kudasai adalah kata-kata penyemangat yang kerap diucapkan orang Jepang, yang dalam konteks bekerja berarti semangat pantang menyerah sampai tujuan tercapai.

Konsep Keishan

Keishan berarti kreatif, inovatif, dan produktif. Lewat prinsip ini, orang Jepang nggak takut untuk berkarya secara kreatif dan melakukan inovasi-inovasi yang berbeda. Inilah mengapa kita kerap menemui hal-hal yang unik di Jepang. Selain itu, konsep ini juga membuat orang Jepang selalu terbuka mempelajari hal-hal baru saat bekerja.

Prinsip Kaizen

Prinsip kaizen menekankan ketepatan waktu dalam menyelesaikan pekerjaan. Artinya, kamu harus fokus dan tidak boleh menunda-nunda agar pekerjaanmu selesai sesuai jadwal yang ditentukan. Keterlambatan akan menjadi sebuah kerugian bagi diri sendiri, perusahaan, dan konsumen. Untuk menghasilkan produk yang berkualitas, waktu dan biaya haruslah optimal. Makanya, jarang kita lihat ada orang Jepang yang datang terlambat ke tempat kerja. Mereka juga umumnya malu pulang lebih awal dan disiplin dalam membedakan waktu kerja dan istirahat.

Malu Jika Pulang Lebih Cepat

Pekerja yang pulang lebih cepat dianggap pekerja yang tidak penting dan tidak produktif. Ukuran nilai dan status orang Jepang didasarkan pada disiplin kerja dan jumlah waktu yang dihabiskan di tempat kerja. Tanpa ada pengawas pun mereka bekerja dengan baik, penuh dedikasi, dan disiplin.

Pembagian Waktu yang Efisien

Ketika sudah masuk kerja, maka tak ada lagi pekerja yang mengobrol dan bercanda. Mereka langsung bekerja sesuai pekerjaanya masing-masing. Baru ketika tiba saatnya makan siang (hiru gohan no jikan) mereka hentikan pekerjaan dan bercanda ria dengan teman-teman sambil menuju kantin (shokudo) untuk makan dan kembali bercanda tanpa memikirkan pekerjaan.

Senioritas

Jepang adalah salah satu negara yang masih memegang teguh senioritas. Ada istilah senior (Senpai) dan junior (Kouhai). Pekerja yang muda harus patuh kepada pekerja yang lebih tua bila diberi perintah. Senior harus mengarahkan dan mengajari juniornya, sedangkan junior wajib menghormati dan mengikuti perintah seniornya. Hal itu berakibat para pekerja senior biasanya sudah berumur 50-60 tahun menempati top level sekelas manajer atau direktur, sedangkan pekerja junior di bawah 30 tahun menempati level bawah.

Tidak ada pekerjaan yang remeh

Sekecil apapun, orang Jepang tidak pernah menganggap remeh suatu pekerjaan. Faktanya, perusahaan Jepang mendidik karyawannya untuk bekerja mulai dari tingkat terbawah. Tanpa pandang bulu, karyawan baru di sana bisa saja diminta untuk mengelap meja, merapikan dan memfotokopi berkas, maupun hal-hal lain yang sering kita anggap sebagai pekerjaan sepele. Lewat prinsip ini, karyawan di sana diajarkan tentang kemandirian dan mengenal semua lini produksi perusahaan dengan baik. Bagi perusahaan di Jepang, karyawan adalah sebuah investasi berharga. Makanya, ia harus mengenal perusahaannya dengan baik dari level terendah.